IHSG Minus 3.48% Sepekan Lalu ?

   

Dalam sepekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir 3,48%. IHSG mencapai titik terendahnya di level 6.959,23 sebelum kemudian ditutup dengan pelemahan sebesar 0,90% atau turun 63,41 poin ke angka 6.970,74 pada perdagangan akhir Mei, Jumat (31/5). Tren pelemahan ini disinyalir berasal dari rilis data PDB Amerika Serikat yang di bawah perkiraan, kemudian pasar menanti arah kebijakan suku bunga oleh The Fed. Menyusul adanya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang turut menekan pasar.

 

News Update

Domestik :

1. Presiden Joko Widodo menandatangani peraturan yang mewajibkan pemotongan dari gaji pekerja untuk mendanai program tabungan perumahan rakyat. Pekerja dan wiraswasta yang berpenghasilan minimal upah minimum dan berusia minimal 20 tahun atau sudah menikah dapat berpartisipasi. Potongan bulanan sebesar 3% dari gaji atau pendapatan, dengan kontribusi pemberi kerja sebesar 0,5% untuk pekerja. Tabungan dapat digunakan untuk pembiayaan perumahan atau dikembalikan setelah program berakhir saat pekerja pensiun. (Sumber: Kompas)

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia mencatat surplus sebesar IDR 75,7 triliun, setara dengan 0,33% dari PDB, hingga akhir April 2024. Surplus ini disebabkan oleh realisasi pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran negara. Total pendapatan negara mencapai IDR 924,9 triliun (-7,6% YoY), dengan kontribusi terbesar berasal dari pendapatan pajak (IDR 624,2 triliun) serta bea dan cukai (IDR 95,7 triliun). Pengeluaran negara mencapai IDR 849,2 triliun (+10,9% YoY), didorong oleh pengeluaran pemerintah pusat sebesar IDR 591,7 triliun. (Sumber: Bisnis Indonesia)


Global:

1. Ekonomi AS tumbuh sebesar 1,3% secara tahunan pada kuartal pertama 2024, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% dan 3,4% pada kuartal keempat 2023, terutama disebabkan oleh pelemahan dalam pengeluaran konsumen (2% vs 2,5%). Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak awal 2022. Sementara investasi non-residensial dan residensial mengalami kenaikan. Pengeluaran pemerintah serta ekspor dan impor juga meningkat sedikit dari perkiraan awal. (Sumber: Trading Economics)


2. IMF Menaikkan Proyeksi Pertumbuhan Tiongkok. Tingkat pertumbuhan negara tersebut untuk tahun 2024 dan 2025 direvisi menjadi +5% y-y (sebelumnya +4,6% y-y) dan +4,5% y-y (sebelumnya +4,1% y-y). IMF mempertimbangkan pertumbuhan PDB Tiongkok pada kuartal pertama 2024 dan langkah kebijakan baru-baru ini, seperti subsidi untuk mendorong pembelian barang konsumsi. Namun, risiko tetap condong ke sisi negatif, termasuk meningkatnya tensi perdagangan dengan AS dan UE serta kebijakan yang belum memadai untuk mengatasi sektor properti. (Sumber: Nikkei Asia)

 

 

p.s (Disclaimer on)
This article is presented by Investment Team of Phillip Asset Management 

Customer Care

     E-mail : marketing-mi@phillip.co.id ||   Telephone : 021-57900910    ||   Fax : 021-57906770

PT Philip Asset Management is Licensed and Supervised by Otoritas Jasa Keuangan Indonesia

logo-reksadana.png