Cenderung Minus, Pelaku Pasar Wajib Perhatikan Sentimen Ekonomi Dalam & Luar Negeri Terkini
- Diperbarui pada Rabu, 24 Juli 2024
Indeks harga saham gabungan ditutup melemah pada pekan lalu 0,45% ke level 7.294 dari penutupan pekan lalu di level 7.327. Pelemahan IHSG dipengaruhi oleh sentimen dalam negeri dan luar negeri yakni surplus neraca perdagangan Indonesia, perlambatan ekonomi China, dan meningkatnya ekspektasi investor akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed di bulan September 2024.
News Update
Domestik :
- Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangannya, yaitu mencapai US$2,39 miliar atau setara Rp38,24 triliun pada Juni 2024. Namun, secara bulanan tercatat menurun 18,30% dibandingkan bulan Mei sebesar US$2,93 miliar. Penurunan neraca perdagangan disebabkan anjloknya ekspor dan impor secara simultan. Dimana, nilai ekspor mengalami penurunan yang lebih signifikan ketimbang impor. Nilai ekspor Indonesia bulan Juni 2024 mencapai US$20,84 miliar, mengalami kenaikan 1,17% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, secara bulanan ekspor turun 6,65% dibandingkan Mei 2024. Impor Indonesia pada Juni 2024 mencapai US$18,45 miliar, naik 7,58% dibandingkan tahun sebelumnya.
Global :
- Data PDB China menunjukkan kontraksi yang hanya tumbuh sebesar 4.7% dibandingkan bulan sebelumnya 5.3%. Perlambatan terjadi karena penurunan harga properti yang berkepanjangan dan lapangan kerja yang membebani. Pemerintah China menargetkan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,0% pada tahun 2024, sebuah target yang diyakini banyak analis ambisius dan mungkin memerlukan lebih banyak stimulus. Untuk mengatasi lemahnya permintaan domestik dan krisis properti, Tiongkok telah meningkatkan investasi infrastruktur dan menyalurkan dana ke sektor manufaktur berteknologi tinggi. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tidak merata tahun ini, dengan output industri melebihi konsumsi domestik. Alhasil, ada potensi peningkatan risiko deflasi di tengah penurunan properti dan meningkatnya utang pemerintah daerah.
- Menurut data Fedwatch, pemangkasan pertama terjadi pada bulan September sebesar 25 basis poin menjadi 5,00% - 5,25%. Peluangnya sebesar 59,9%. Kemudian pada pertemuan Desember akan terjadi pemangkasan suku bunga sekali lagi sebesar 25 basis poin ke 4,75% - 5,00%. Keyakinan pelaku pasar akan penurunan suku bunga akan terjadi dua kali tahun ini didukung oleh data manufaktur AS yang terus merosot. Sehingga tekanan inflasi pun surut. Manufaktur AS mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Juni karena permintaan tetap lemah, sementara penurunan harga yang dibayarkan oleh pabrik untuk bahan baku ke level terendah dalam enam bulan menunjukkan bahwa inflasi dapat terus mereda. Manufaktur sedang tertekan oleh suku bunga yang lebih tinggi dan melemahnya permintaan barang, meskipun sebagian besar investasi bisnis masih bertahan.
p.s (Disclaimer on)
This article is presented by Investment Team of Phillip Asset Management