Market Updates Apr 22nd 2024
- Diperbarui pada Senin, 29 April 2024
IHSG ditutup turun 1,11% ke level 7.087,3. Sebagaimana diketahui, pada penutupan perdagangan sesi I, indeks sempat merosot 1,45% ke posisi 7.063,1. Tercatat 115 saham naik, 456 saham turun, 204 saham stagnan. Adapun nilai transaksi sepanjang hari itu (Jumat 19/04/2024) senilai Rp 13,21 triliun yang melibatkan 18,77 miliar lembar saham. IHSG akhir minggu lalu kembali mengalami koreksi seiring dengan serangan balasan Israel kepada Iran, Jumat (19/4/2024).
Berita Luar Negeri :
-Israel meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran pada Jumat (19/4/2024) dini hari. Peluncuran rudal tersebut merupakan aksi balas dari serangan Iran pada Sabtu lalu, dimana negara tersebut mengirimkan lebih dari 300 drone dan rudal tanpa awak ke sasaran di seluruh negeri. Bahkan Stasiun TV Pemerintah Iran melaporkan ada tiga drone yang melintas di langit Kota Isfahan. Ketiga drone itu dihancurkan usai sistem pertahanan udara negara tersebut diaktifkan
-Rilis data Inflasi Jepang pada jumat lalu menunjukkan perlambatan menjadi 2.6% pada Maret, sejalan dengan ekspektasi pasar. Setelah bertahun-tahun mengalami deflasi di ekonomi nomor empat di dunia ini, Bank of Japan berupaya untuk menghasilkan kebijakan kenaikan harga dengan stimulus moneter yang sangat agresif. Tetapi bulan lalu BOJ menaikkan suku bunga pinjaman untuk pertama kalinya sejak 2007 dan menghapus suku bunga negatif, sebagian karena tujuan untuk mencapai target inflasi 2%.
-Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan perlu lebih banyak waktu untuk memastikan pemangkasan suku bunga. Dalam diskusi panel di acara Washington Forum on the Canadian Economy, Washington, D.C. pada Selasa waktu AS (16/4/2024) ia mengatakan perekonomian AS belum melihat inflasi kembali sesuai target Bank Sentral yakni di kisaran 2%. Senada dengan pernyataan para pejabat Bank Sentral baru-baru ini, Powell mengindikasikan tingkat kebijakan saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.
Sedangkan dari dalam Negeri,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan risiko yang dihadapi industri perbankan nasional akibat penguatan dolar Amerika Serikat (AS) beberapa waktu ini masih dapat dimitigasi dengan baik. Penguatan dolar AS terjadi terhadap seluruh mata uang secara global, tercermin dari Dollar Index yang mencatatkan tren kenaikan sejak akhir Maret 2024. Beberapa faktor yang mempengaruhi penguatan dolar AS antara lain adalah kebijakan suku bunga high for longer yang masih berlanjut di tengah kuatnya perekonomian AS namun bersamaan dengan laju inflasi AS yang masih cukup jauh dari target 2%.
p.s (Disclaimer on)
This article is presented by Investment Team of Phillip Asset Management